Jumat, 14 Januari 2011

Kunjungan Pembina ke Jawa Timur Tanggal 13 Januari 2011

Mengevaluasi tata tertib evaluasi dan kenaikan tingkat serta pembuatan makalah. Dilanjut dengan membahas organisasi bersama badan pengawas Ir. Soejoto dari Satya Buana Cabang Bojonegoro dan disaksikan pula oleh koordinator wilayah Kalimantan Selatan Ibu dra. Denok dikediaman Bapak Ir. H. Ananto.

Rabu, 05 Januari 2011

Insya Allah, Satya Buana Masih Lurus

Catatan : Kharisma Abadi
Saat anda mendengar istilah tenaga dalam, apa yang kali pertama muncul di benak anda?


Jawabannya pasti beragam. Ada menganggap tenaga dalam (TD) itu pukulan jarak jauh. Atau memukul lawan tanpa disentuh lalu terpental. Atau juga, TD itu memecahkan mampu memecahkan setumpuk balok es, berjalan di atas bara api, kebal bacokan, berdiri diatas kertas yang diangkat, membengkokkan besi, dan sebagainya. Pasti itulah yang muncul di sebagian benak kita, karena memang hanya itulah yang selama ini paling sering didemokan para praktisi TD.

Ada juga yang menganggap TD itu tidak ada dan hanya trik tipuan. Buktinya, kenapa Indonesia bisa dijajah selama 3,5 abad oleh Belanda kalau memang dulu banyak orang sakti yang menguasai TD. Bahkan, ada juga kalangan ekstrim yang mengharamkan belajar TD, karena dari pengalaman mereka, TD itu syirik dan bersekutu dengan jin.

Semua informasi itu bisa anda dapatkan di internet ini. Internet memang gudangnya informasi, mulai baik sampai buruk, mulai benar sampai salah, sampai informasi yang dianggap sampah juga luar bisa berjubel banyaknya. Jangankan soal TD yang remeh, soal perbedaan agama yang sensitif pun juga saling serang di internet.

Pokoknya, anda jangan sampai bingung…kalau bingung,…ya pegangan dong….(he…he…he…)

Banyak definisi tentang tenaga dalam. Namun menurut saya, tenaga dalam itu sebenarnya adalah tenaga bioelektromagnet yang ada dalam tubuh manusia. Bioelektromagnet berhubungan dengan potensi biolistrik dalam tubuh kita, dimana bila ada medan listrik maka dipastikan juga terdapat medan magnet.

Kenapa kita kalah dengan penjajah selama ratusan tahun, padahal banyak terdapat orang sakti di jaman dulu ? Hal itu juga sudah saya jabarkan di tulisan terdahulu. TD atau ilmu kesaktian di nusantara kita saat itu hanya kebal bacokan atau kebal pukulan, tetapi tidak kebal peluru. Maka para pendekar di jaman itu mencari semacam ritual –katakanlah begitu- supaya bisa kebal peluru juga. Karena belajarnya susah, maka tak banyak orang yang bisa menguasai kebal tembakan. Selain itu resikonya nyawa, jadi ya siapa sih yang mau menguji nyawa yang cuma ada satu ini ?